Saluran pencernaan balita, terutama perut, sangat sensitif. Tidak heran bila mereka sering mengalami masalah yang berhubungan dengan perut. Apa saja dan bagaimana menanganinya?
Dengan menggunakan obat-obatan, baik yang secara oral (dari mulut) maupun anal (dari anus). LAKTOSA INTOLERANCE Intoleransi laktosa bisa menjadi penyebab sakit perut pada balita, tapi lebih sering pada bayi. Pada anak yang mengalami intoleransi laktosa, usus tak dapat mencerna laktosa dengan baik. Akibatnya, bila ia diberi susu yang banyak mengandung laktosa, akan banyak terjadi gas dalam ususnya. Akibatnya perut banyak menyimpan gas, akibatnya dinding saluran cerna jadi teregang dan timbulah rasa nyeri. Tanda-tanda: Ketidakmampuan menyerap laktosa (laktosa intoleran), bisa menyebabkan si kecil mengalami gejala penyakit gastrointestinal, seperti diare, flatulence atau penumpukan gas di dalam perut/usus dan nyeri perut lainnya. Penanganan: Makanan prebiotik, misalnya Yogurt--merupakan enzim hasil fermentase lactic, seperti laktase-- dapat mengubah laktose menjadi lactic acid. Pencegahan: Gantilah susunya dengan minuman lain yang rendah kadar laktosanya. USUS BUNTU Penyakit usus buntu atau apendisitis, adalah penyakit yang datang secara tiba-tiba dan penyebabnya macam-macam. Bisa karena pembesaran kelenjar-kelenjar dalam perut sehingga menjepit usus buntu, atau lantaran infeksi karena cacing. Usus buntu bisa meradang kalau ada kotoran atau benda-benda asing yang masuk ke sana. Akibat mekanisme kerja usus tidak bisa dikontrol, benda-benda asing tersebut mengeras dan masuk ke dalam usus buntu. Kemudian usus buntu yang sempit itu jadi makin tersumbat karena cairan yang diproduksi oleh usus buntu, tidak bisa mengalir ke usus besar. Terjadilah pembengkakan yang bisa merusak dinding usus buntu dan memudahkan kuman datang menyerang. Misalnya, kuman Escherichia coli, Streptococcus atau basil-basil lain yang sering terdapat di dalam usus yang normal. Bila radang ini dibiarkan, bisa menyebabkan kebocoran. Tanda-tanda: Diawali dengan sakit perut, rasa mual, tidak nafsu makan dan si kecil malas bermain. Sakit di bagian kanan bawah perut, bisa terasa parah sekali, sebab otot paha atas berada tepat di bawah usus buntu. Jadi gerakan sekecil apapun bisa menimbulkan rasa sakit. Bahkan, menarik napas dalam-dalam, batuk, atau bersin pun sakit. Bila usus buntu terletak pada tempat yang normal, rasa nyeri akan menetap dan terpusat di daerah perut kanan bawah. Namun bila apendiks terletak rendah sekali di dalam rongga panggul anak, nyeri di perut tidak terlalu terasa. Yang menyiksa adalah bila usus buntu anak terletak dekat dengan ureter (saluran ginjal). Rasa nyeri akan menjalar ke daerah kelamin disertai rasa panas. Tak jarang, bila ureter meradang, air kencingnya pun berdarah. Ia juga akan mengalami susah buang air besar/sembelit, tidak bisa buang angin dan diare. Gejala selanjutnya adalah demam tinggi. Panas tinggi (lebih dari 40 derajat celcius) yang menyerang tak lama setelah timbul sakit di bagian perut ini, akibat kebocoran usus buntu. Penanganan: Terapi yang tepat untuk penderita apendisitis adalah membuang usus buntunya. Setelah dibuang, barulah kondisi tubuh bisa pulih kembali dibantu obat-obatan dan istirahat. Pada operasi yang dilakukan secara dini, anak yang menderita usus buntu tanpa komplikasi bisa sembuh dalam 5-6 hari. Pada hari-hari pertama, bahkan sudah dianjurkan untuk berjalan-jalan. Supaya radang usus buntu tidak menjadi fatal dan diperparah oleh komplikasi, orangtua disarankan untuk selalu memperhatikan perubahan pada anak. Karena bukan tidak mungkin gejala-gejala penyakit usus buntu ini terabaikan hanya gara-gara orangtua tidak teliti. Apalagi perkembangan penyakit ini bisa menjalar dengan cepat. Pencegahan: Agar terhindar dari kasus usus buntu yang fatal, orangtua sebaiknya lebih memperhatikan dan mengenali perubahan yang terjadi pada anaknya. Terutama pada saat anak mulai mengkonsumsi makanan padat (seperti orang dewasa). Sebab, kapan pun anak bisa terserang usus buntu. KEMBUNG Normalnya, setiap orang mengeluarkan gas baik lewat mulut (oral) atau anus (anal). Setiap hari, kita bisa mengeluarkan gas sebanyak 8-20 kali. Sayangnya, kadang tak berjalan lancar bila jumlah gas dalam perut dan usus berlebih, tapi tak bisa mengeluarkannya. Akibatnya, perut terasa kembung dan sakit. Kembung bisa timbul dari berbagai sebab. Seringkali oleh adanya udara yang tertelan saat makan atau minum, khususnya jika kita makan dengan cepat. Bisa juga, gas atau udara yang dihasilkan makanan yang dimakan. Makanan tinggi serat seperti kacang-kacangan, sayuran, buah, dan biji-bijian, dapat menghasilkan gas dalam jumlah besar. Atau pada beberapa jenis makanan yang mengandung karbohidrat, tidak bisa dicerna secara sempurna oleh sistem pencernaan kita, baik oleh enzim maupun bakteri alami yang ada di dalam usus. Penanganan:
Cara termudah mencegah kembung adalah dengan mengubah pola makan. Misal:
Cacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing-cacing khusus (cacing gelang, cacing tambang, dan cacing cambuk) yang ditularkan melalui tanah. Tempat 'bersarang' cacing-cacing ini di dalam tubuh manusia pun berbeda, ada yang bersarang di usus halus, misalnya cacing gelang dan cacing tambang. Ada juga yang bermukim di usus besar seperti cacing cambuk. Anak yang terkena penyakit cacingan mengalami berbagai gejala, tergantung jenis cacing yang menginfeksi dirinya. Infeksi cacing gelang dimulai dengan masuknya telur cacing yang infektif (yang mengandung larva) secara tidak sengaja melalui makanan. Melalui makanan inilah, nantinya cacing-cacing ini masuk dan berkembang biak di dalam tubuh si kecil. Tanda-tanda: Sebenarnya, infeksi cacing cambuk yang ringan tidak terlalu kelihatan gejalanya. Namun bila infeksinya cukup parah, penderita akan mengalami gejala yang mirip dengan sakit diare. Bila diare ini dibiarkan berlangsung terus-menerus, anak bisa mengalami perdarahan usus menahun dan anemia (kurang darah). Ini lantaran cacing cambuk dewasa memasukkan kepalanya yang tajam ke dinding usus besar. Sehingga timbullah kerusakan dan luka-luka. Pada kasus yang sangat parah (namun jarang) usus besar bahkan bisa sampai keluar lewat anus. Infeksi pada tahap ini juga menyebabkan sakit perut yang parah pada anak. Gejalanya, perut kembung, mual, dan muntah. Penanganan: Cacingan sebenarnya sangat mudah disembuhkan. Cukup dengan memberikan obat cacing. Saat ini banyak dijual obat pembasmi cacing, yang sekaligus bisa mengobati infeksi yang ditimbulkannya. Namun sebelum memberikan obat cacing, tinja atau kotoran si anak diperiksakan dulu ke laboratorium. Ini untuk memastikan apakah memang betul ada telur cacing di dalamnya. Pencegahan:
Kebanyakan sakit perut yang diderita pada anak, sebagian besar penyebabnya karena faktor psikis. Namun untuk memastikannya harus dikonsultasikan pada dokter, agar benar-benar yakin bahwa memang tak ada masalah organik yang melatarbelakanginya. Pada anak yang sakit perut karena psikis, biasanya memiliki keadaan emosional yang cenderung mudah stres atau pencemas. Biasanya keluhan ini dipicu oleh pola asuh orangtua yang terlalu perfeksionis, sehingga anak jadi stres. Oleh karena itu, sebagai orangtua perlu benar-benar memperhatikan perilaku anak. Misal, apakah ia benar-benar tampak kesakitan atau ia masih bisa bermain-main, berlari-lari, dan melakukan aktivitas yang lain, seakan lupa dengan sakit perutnya. Penanganan: Apabila hal ini terjadi berulang kali, tak ada salahnya untuk membawa si kecil ke psikiater atau psikolog anak. Selain mencari penyebabnya, mereka juga akan memperhatikan apakah ada faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Misal, orangtua yang menuntut terlalu tinggi pada anak, maka mau tak mau lingkungannya perlu diperbaiki. (Rahmi Hastari) |
Sumber: Tabloid Ibu Anak |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar